SURABAYA – Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai menyiapkan langkah besar dalam menghadapi ancaman penyakit zoonosis serta penyakit infeksi baru.
Melalui Dinas Kesehatan, strategi komprehensif tengah dirancang untuk memastikan daerah dengan kerentanan tinggi ini lebih siap dalam mencegah maupun merespons wabah.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono, menegaskan bahwa 60–70 persen penyakit menular yang kembali muncul bersumber dari hewan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena itu, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci.
“Sekitar 60-70 persen penyakit menular yang kembali muncul berasal dari hewan. Karena itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor agar respon bisa lebih cepat dan efektif,” kata Erwin dalam rapat persiapan pembentukan Tim Koordinasi Daerah, Selasa (16/9/2025).
Beberapa langkah strategis diprioritaskan, mulai dari penguatan sistem ketahanan kesehatan, surveilans lintas sektor, peningkatan kapasitas laboratorium, hingga kemandirian riset vaksin dan obat.
Dengan begitu, Jatim tidak sepenuhnya bergantung pada impor saat menghadapi potensi wabah.
Erwin juga menyoroti pentingnya surveilans berbasis masyarakat. Ia mencontohkan rabies, flu burung, dan leptospirosis sebagai penyakit yang bisa kembali merebak jika masyarakat lengah.
“Surveilans berbasis masyarakat sangat penting. Laporan dini dari masyarakat adalah pintu awal pencegahan,” tegasnya.
Dukungan pembentukan Tikorda datang dari pemerintah pusat. Analis Kebijakan Kemenko PMK, drh. Rama P.S. Fauzi, menilai Jatim perlu segera membentuk tim ini karena beberapa alasan mulai dari mandat regulasi, ancaman nyata penyakit zoonosis, hingga potensi kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset di daerah.
Menurut Rama, Tikorda akan menjadi wadah lintas sektor untuk mempercepat deteksi dini, memperkuat koordinasi, sekaligus meningkatkan keterlibatan komunitas.
“Tikorda akan menjadi wadah lintas sektor untuk mempercepat deteksi dini, respon cepat, serta memperkuat koordinasi daerah dalam menghadapi ancaman penyakit zoonosis,” jelasnya.
Dengan strategi ini, Jawa Timur diharapkan mampu membangun pertahanan kesehatan yang tangguh sekaligus menyiapkan generasi emas 2045 yang sehat.